Tradisi Menyalakan “ Lampu Tuhan “ Menyambut Idul Fitri
( KIM Asi Mbojo ) Berbelanja kebutuhan lebaran di pasar lama Bima di akhir ramadan 1443 H, banyak ibu ibu yang menjual Ilo Peta atau yang disebut juga dengan Ilo Ruma atau lampu Tuhan. Kenapa disebut lampu tuhan? Ibu Fatimah, penjual Ilo Ruma mengemukakan bahwa disebut Ilo Ruma karena bahan utama dari lampu ini adalah buah Mantau dari pohon mantau. pohon mantau tinggi seperti pohon kemiri dan buahnya pun seperti kemiri. Buah Mantau itulah yang kemudian ditumbuk sampai menghasilkan minyak dan dicampur dengan kapas. Lalu dikeringkan kemudian ditempel di potongan bambu yang lebih besar dari ukuran tusuk sate.
He he he.... baru dengar jenis pohon dan buah Mantau ini. Apakah karena namanya " Mantau" yang berarti yang punya sehingga dikatakan pohon Tuhan?.Sebenanrnya semua pohon dan mahluk apapun di Bumi ini adalah milik tuhan. Tetapi itulah keyakinan.Itulah tradisi yang berkembang sehingga pohon mantau disebut pohonTuhan dan lampu yang dihasilkan dari Pohon dan buahnya adalah Lampu Tuhan.
Menurut para pedagang di pasar lama Bima, pohon Mantau banyak terdapat di wilayah Donggo,Kilo hingga Tambora. Pada masa lalu, pembuatan Ilo Peta tidak hanya dari Pohon Mantau, tetapi juga dari biji jarak atau Ta’ i Mina( ampas kelapa yang digoreng).
Lampu Tuhan biasa dinyalakan di sekeliling rumah dan pekarangan sejak H-3 Idul Fitri hingga memasuki malam takbiran. Kini sudah jarang ditemukan tradisi menyalakan Lampu Tuhan ini dan para penjual Lampu Tuhan di pasar juga jarang ditemukan. (A)